Nurlaili, Rencanakan Hari Tua Dengan Bertenun
Nurlaili, wanita berusia 51 tahun yang sehari-hari mencari nafkah dengan membantu pekerjaan rumah tangga ini kerap merasakan tenaganya tak sekuat dulu lagi. Beranjak memasuki usia yang semakin tua membuat ibu dua anak ini mulai berfikir mencari cara lain dalam hal mencari nafkah.
“Ingin rasanya mengurangi pekerjaan keluar rumah, karena badan tak lagi sekuat dulu” ujar warga desa Lunto Barat ini. Sejak ditinggal suami ke pangkuan Illahi, janda beranak dua ini memperjuangkan anaknya seorang diri. Hebatnya walau hanya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga ia sanggup menyekolahkan kedua anaknya hingga ke Peguruan Tinggi.
Anak tertua sudah tamat dan sudah bekerja, sedang anak yang paling kecil masih di bangku kuliah. “Kebutuhan biaya kuliah membuat saya harus tetap bekerja dan mencari penghasilan sampingan” ujar Nurlaili.
Motifasi mendidik anak hingga ke Peguruan Tinggi mendorong Nurlaili belajar menguasai keterampilan bertenun yang banyak digeluti tetangganya. Berkat gigih belajar, ia mampu menguasai ketrampilan tersebut, namun sayang ia tidak memiliki palanta sendiri sehingga terkendala dalam berproduksi.
Akhir 2013 BAZNAS Sawahlunto mengabulkan permohonannya dan mengucurkan bantuan sebesar 3 juta rupiah. Setelah sampai di tangan, dana ini langsung ia belikan 1 set palanta (alat tenun bukan mesin) lengkap dengan berbagai kebutuhan lainnya seperti sikek, karok, benang pakan dan benag lungsi.
Dengan bantuan dari BAZ ia bisa memiliki palanta sendiri, dan sejak itu Nurlailipun mulai memproduksi kain songket dari rumahnya. Aktifitas bertenun ini ia lakukan dari pulang bekerja hingga malam hari sambil menunggui warung kecilnya.
Nurlaili mengaku, karena belum begitu ahli ia baru mampu menyelesaikan 1 helai kain dalam waktu 7 hari. Setiap helai baju ia jual kepada pedagang Silungkang seharga 220 ribu rupiah. Dengan keterampilannya saat ini, kedepan ia berharap bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga dan hidup dari bertenun saja.
Selain bantuan modal bertenun, Nurlaili juga bersyukur pernah mendapatkan bantuan pendidikan dari BAZNAS Sawahlunto. Saat itu anak bungsunya Muhammad Damra yang berkuliah di D3 Tambang UNP, sedang membutuhkan dana untuk mengikuti kuliah kerja nyata di luar kota. Dan bantuan dari BAZ sangat membantu memenuhi kebutuhan tersebut, ungkapnya.(rni)